Membuka Pintu Surga

1 min read

Tidak menyerupai biasanya, hari itu Ali bin Abi Thalib pulang lebih sore menjelang asar. Fatimah binti Rasulullah menyambut kedatangan suaminya yang telah seharian penuh mencari rezeki dengan sukacita. Siapa tahu Ali membawa uang lebih banyak karena kebutuhan di rumah makin besar.

Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah. “Maaf sayangku, kali ini saya tidak membawa uang sepeserpun.” Fatimah menyahut sambil tersenyum, “Memang yang mengatur rezeki tidak duduk di pasar, bukan? Yang mempunyai kuasa itu ialah Allah Ta’ala.” “Terima kasih,” jawab Ali.

Matanya memberat karena istrinya begitu tawakal. Padahal persediaan dapur sudah ludes sama sekali. Toh Fatimah tidak membuktikan perilaku kecewa atau sedih.Ali kemudian berangkat ke masjid untuk menjalankan salat berjama’ah. Sepulang dari sembahyang, di jalan ia tidak boleh oleh seorang pria tua. “Maaf anak muda, betulkah engkau Ali anaknya Abu Thalib?” Áli menjawab heran. “Ya betul. Ada apa, Tuan?”

Orang renta itu merogoh kantungnya seraya menjawab, “Dahulu ayahmu pernah kusuruh menyamak kulit. Aku belum sempat membayar ongkosnya, ayahmu sudah meninggal. Jadi, terimalah uang ini, alasannya ialah engkaulah andal warisnya.” Dengan besar hati Ali mengambil haknya dari orang itu sebanyak 30 dinar. Tentu saja Fatimah sangat besar hati memperoleh rezeki yang tidak di sangka-sangka saat Ali menceritakan insiden itu. Dan ia menyuruh membelanjakannya semua semoga tidak pusing-pusing lagi merisaukan keperluan sehari-hari.Ali pun bergegas berangkat ke pasar.

Sebelum masuk ke dalam pasar, ia melihat seorang fakir menadahkan tangan, “Siapakah yang mau menginfaqkan hartanya di jalan Allah, bersedekahlah kepada saya, seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan.”

Tanpa pikir panjang lebar, Ali memperlihatkan seluruh uangnya kepada orang itu. Pada waktu ia pulang dan Fatimah keheranan melihat suaminya tidak membawa apa-apa, Ali menerangkan insiden yang gres saja dialaminya.Fatimah, masih dalam senyum, berkata, “Keputusan kanda ialah yang juga akan saya lakukan seandainya saya yang mengalaminya. Lebih baik kita menginfaqkankan harta karena Allah daripada bersifat bakhil yang di murkai-Nya, dan menutup pintu nirwana buat kita.”

Jangan Jadi Gelas

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya saat wajahnya belakangan ini ...

Read...

admin
1 min read