Indahnya Berprasangka Baik

1 min read

Dua orang pria bersaudara bekerja pada sebuah pabrik kecap dan sama-sama tekun mencar ilmu Islam. Sama-sama mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari semaksimal mungkin. Mereka acap kali harus berjalan kaki untuk hingga ke rumah guru pengakiannya. Jaraknya sekitar 10 km dari rumah peninggalan orangtua mereka.

Suatu ketika sang abang berdo’a memohon rejeki untuk membeli sebuah kendaraan beroda empat agar sanggup dipergunakan untuk sarana angkutan beliau dan adiknya, bila pergi mengaji. Allah mengabulkannya, tak usang kemudian sebuah kendaraan beroda empat sanggup beliau miliki dikarenakan mendapat bonus dari perusahaan tempatnya bekerja. Lalu sang abang berdo’a memohon seorang istri yang sempurna, Allah mengabulkannya, tak usang kemudian sang abang bersanding dengan seorang gadis yang manis serta baik akhlaknya.

Kemudian berturut-turut sang abang berdo’a memohon kepada Allah akan sebuah rumah yang nyaman, pekerjaan yang layak, dan lain-lain. Dengan itikad agar sanggup lebih ringan dalam mendekatkan diri kepada Allah. Dan Allah selalu mengabulkan semua do’anya itu. Sementara itu, sang adik tidak ada perubahan sama sekali, hidupnya tetap sederhana, tinggal di rumah peninggalan orangtuanya yang dulu beliau tempati bersama dengan kakaknya. Namun alasannya kakaknya sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak sanggup mengikuti pengajian, maka sang adik sering kali harus berjalan kaki untuk mengaji ke rumah guru mereka.

Suatu ketika sang abang merenungkan dan membandingkan perjalanan hidupnya dengan perjalanan hidup adiknya. Dia beliau teringat bahwa adiknya selalu membaca selembar kertas ketika beliau berdo’a, mengambarkan adiknya tidak pernah hafal bacaan untuk berdo’a. Lalu datanglah ia kepada adiknya untuk menasihati adiknya agar selalu berdo’a kepada Allah dan berupaya untuk membersihkan hatinya, alasannya beliau merasa adiknya masih berhati kotor sehingga do’a-do’anya tiada dikabulkan oleh Allah azza wa jalla.

Sang adik terenyuh dan merasa sangat bersyukur sekali memiliki abang yang begitu menyayanginya, dan beliau mengucapkan terima kasih kepada kakaknya atas nasihat itu. Suatu ketika sang adik meninggal dunia, sang abang merasa duka alasannya hingga meninggalnya sang adik itu tidak ada perubahan pada nasibnya sehingga beliau merasa yakin jika adiknya itu meninggal dalam keadaan kotor hatinya sehubungan do’anya tak pernah terkabul.

Sang abang membereskan rumah peninggalan orangtuanya sesuai dengan amanah adiknya untuk dijadikan sebuah mesjid. Tiba-tiba matanya tertuju pada selembar kertas yang terlipat dalam sajadah yang biasa digunakan oleh adiknya yang berisi goresan pena do’a, diantaranya Al-Fatihah, shalawat, do’a untuk guru mereka, do’a selamat, dan ada kalimah di selesai do’anya : “Ya, Allah. Tiada sesuatu pun yang luput dari pengetahuanMu. Ampunilah saya dan kakakku. Kabulkanlah segala do’a kakakku. Bersihkanlah hatiku dan berikanlah kemuliaan hidup untuk kakakku di dunia dan akhirat.”

Sang abang berlinang air mata dan haru biru memenuhi dadanya, tak dinyana ternyata adiknya tak pernah sekalipun berdo’a untuk memenuhi nafsu duniawinya.

Penulis : Rahima

Jangan Jadi Gelas

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya saat wajahnya belakangan ini ...

Read...

admin
1 min read