Dialog Yang Kuasa Dan Ciptaannya

1 min read

Dikisahkan, Pada suatu ketika, Tuhan ingin sekali tahu bagaimana kalau semua makhluk tersebut diberi kesempatan menentukan hidup sekali lagi, ingin menjadi apakah masing-masing dari mereka? Maka, Tuhan pun bertanya kepada semua makhluk ciptaan-Nya.

Jawaban Tikus, “Jika diberi kesempatan memilih, saya ingin menjadi kucing. Enak jadi kucing, ia dapat bebas merdeka berada di dapur, disediakan makanan, susu, dan dielus-elus oleh manusia.”

Kucing menjawab, “Kalau dapat memilih, saya ingin jadi tikus. Kepandaian tikus mengelilingi lorong-lorong rumah menciptakan orang serumah kewalahan, dan tikus bahkan dapat mencuri masakan yang tidak dapat saya santap. Hebat sekali menjadi seekor tikus.”

Jawabnya Ayam, “Pasti saya ingin menjadi seekor elang. Lihatlah langit di atas sana , elang tampak begitu perkasa mengepakkan sayapnya yang indah di angkasa luas, menciptakan semua makhluk iri, ingin menjadi ibarat dirinya. Tidak ibarat diriku, setiap hari mengais makanan, terkurung dan tidak mempunyai kebebasan sama sekali.”

Kalo Elang Jawab, “Aku mau menjadi seekor ayam. Ayam tidak perlu bersusah payah terbang kesana-kemari untuk mencari mangsa. Setiap hari sudah disediakan masakan oleh petani, diberi suntikan untuk mencegah penyakit, dan ayam begitu terlindung di dalam sangkar yang nyaman, bebas dari hujan dan panas.”

Saat pertanyaan yang sama diberikan pada manusia, ternyata wanita dan lelaki pun menawarkan tanggapan yang beda. Si Perempuan menjawab, “Saya ingin menjadi laki-laki. Pemimpin besar dan yang hebat-hebat adanya niscaya di dunia laki-laki, Menjadi wanita sangatlah menderita, harus selalu melayani, bertarung nyawa melahirkan anak, kemudian membesarkan mereka, ini yakni pekerjaan yang sangat melelahkan.”

Kaum Lelaki jawabnya, “Aku mau jadi perempuan. Halus kecerdikan bahasanya, tidak perlu bekerja keras menghidupi keluarga, selalu disayang, dilindungi dan dimanjakan. Ingat, tidak ada pendekar yang lahir tanpa seorang perempuan, nirwana saja ada di bawah telapak kaki ibu atau perempuan.”

Setelah mendengar semua tanggapan para mahluk ciptaan-Nya, Tuhan pun memutuskan tidak memberi kesempatan untuk menentukan lagi. Maka, setiap makhluk akan kembali menjadi makhluk yang sama.

kerabat imelda.. Memang, tak dapat dipungkiri kalau insan kadang justru lebih sering memikirkan kelebihan, kebahagiaan, dan kesuksesan orang lain. Hal ini menciptakan orang acap kali mengabaikan apa yang sudah dimilikinya. Tak heran, kalau pikiran selalu
dipenuhi dengan perasaan tersebut, maka hidup akan selalu menderita akibat
terbiasa selalu membanding-bandingkan. Padahal, tahukah kita kalau orang yang kita pikirkan justru mungkin berpikir sebaliknya? Maka, mari… cintai apa yang kita miliki, hidup niscaya akan lebih berarti. Maka, kita akan dapat menyongsong kegembiraan dan kebahagiaan sejati. 

Jangan Jadi Gelas

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya saat wajahnya belakangan ini ...

Read...

admin
1 min read